Cerpen Anak berumur 13 Yang Berjuang Hidup
|
Umur 13 lebih 3 Bulan |
Hai Sobat, namaku Keke. Umurku 13 tahun ketika aku divonis mengalami penyakit kanker ganas bernama
Rabdomiosarkoma,
sulit bagiku untuk mengerti penyakit apa yang menyerang bagian wajahku
itu bahkan untuk menyebut ulang nama penyakit itu, aku sangat kesulitan.
Dokter bilang aku terkena kanker jaringan lunak yang sangat langkah dan
menjadi orang pertama di Indonesia yang mengalami penyakit itu.
Aku
sedih ketika ayahku menangis menolak permintaan dokter untuk melakukan
operasi di wajahku. Dokter bilang: bila aku tidak melakukan operasi,
maka hidupku tidak akan bertahan lama lebih dari 3 bulan. Aku sangat
terkejut, karena penyakit itu tidak memiliki tanda-tanda apapun selain
aku mengalami sakit mata yang diikuti dengan mimisan yang terjadi selama
seminggu. Kanker itu hanya seukuran kuku jariku dan bersarang di bagian
pelipis mataku, tapi operasi itu mengharuskan aku kehilangan sebagian
wajah kiri dan mataku.
Ayahku tentu tidak akan rela aku
kehilangan bagian wajahku karena aku adalah seorang anak gadis yang akan
tumbuh dewasa bagaimanapun kelak. Aku tidak pernah paham seberapa
menakutkan penyakit itu hingga aku merasakan sendiri bagian wajahku
mulai membengkak sebesar bola tenis dan buta. Ketika aku menangis
merasakan kesakitan, ayahku tidak pernah mau jujur mengatakan penyakit
itu. Hingga akhirnya aku berjuang hidup selama 3 bulan mencari
pengobatan tradisional dan seseorang ulama mengatakan padaku aku
terserang kanker.
Perasaanku saat itu sangat hancur, aku
tau hidupku tidak akan lama lagi dengan keadaan buta dan kehilangan
pernafasan hidung sebelah kiriku. Aku menangis dan protes kepada Tuhan,
mengapa ia tega merenggut masa remajaku dan kesempatanku untuk menjadi
penyanyi dan model. Air mata yang berjatuhan setiap harinya tak pernah
kulewatkan ketika rasa sakit kanker itu datang. Walau demikian aku
sungguh beruntung, sahabat-sahabatku, keluargaku dan kekasihku selalu
ada disampingku untuk memberikan dukungan tanpa henti.
Ketika
aku mulai pasrah Tuhan menjemputku, Aku hanya berdoa berharap kepada
Tuhan agar ia memberikan aku waktu lebih lama di dunia ini untuk
mengucapkan selama berpisah dengan sahabat, kekasihku dan terutama untuk
membuat ayahku bahagia lebih lama.Disaat itu aku tidak mampu berdiri
dan mengalami kritis. Tuhan mendengar doaku, disaat itulah aku
mendapatkan sebuah mujizat, seorang dokter menyelamatkanku dari penyakit
itu disaat-saat terakhir hidupku. aku sembuh dan kanker diwajahku
menghilang secara ajaib.
Aku merasakan kebaikan tuhan
padaku dan melawan vonis kematian yang dikatakan dokter padaku, aku pun
berjanji padanya mulai saat itu untuk bersyukur akan kehidupan yang ia
berikan padaku. Usai penyakit itu hilang dalam hidupku, Aku melewatkan
hari-hariku dengan bahagia bersama keluarga dan teman-temanku, aku
menghabiskan waktuku dengan belajar kitab suci dan mendekatkan diriku
pada Tuhan. Hidup-hidupku pun berlalu dengan bahagia walaupun pada
akhirnya hal yang tak kuharapkan terjadi lagi dalam hidupku ketika
kanker itu kembali padaku, kini ia menyerang wajah sebelah kananku.
Disaat
aku mendapatkan vonis itu kembali, aku tidak lagi takut dan aku tidak
lagi marah kepada Tuhan. Aku bersyukur padanya, ia memberikan aku
kesempatan lebih lama di dunia ini untuk dapat bersama sahabat,
keluargaku dan kekasihku.Walau air mata berjatuhan disampingku, aku
berusaha untuk tegar dan mengatakan kepada semua orang, kalau ujian
dalam hidupku adalah tanda sayang Tuhan kepadaku.
Dokter
yang menyelamatkan hidupku pertama kalinya menyerah, ia tidak sanggup
lagi menyelamatkanku. Aku hanya tersenyum dan berjanji untuk bertahan
hidup hingga aku bisa melewatkan ujian terakhirku di dunia ini agar bisa
lulus di bangku SMP. Walau aku buta dan lumpuh, aku berjanji pada Tuhan
dan sahabat-sahabatku untuk lulus dan memakai seragam SMA.
Sobat,
hidup adalah anugerah yang indah. Atas kebaikan Tuhan, aku mampu
mengikuti ujian sekolah dengan kondisiku yang semakin parah. Aku
bersyukur karena bisa lulus dengan baik dan sampai akhirnya mampu
memakai seragam rok abu-abu bersama sahabat-sahabatku walau hanya sehari
disaat sebelum aku harus dilarikan ke rumah sakit karena darah terus
mengalir di hidungku.Kematianku semakin dekat dan itu bisa kurasakan
disaat hembusan nafasku semakin berat.
Tapi aku tidak
ingin pergi dari dunia ini tanpa menuliskan suratku kepada Tuhan..surat
yang telah membuatku hidup sebagai seorang gadis yang berjuang untuk
hidup dan ribuan anak-anak lain yang mengalami penyakit kanker yang sama
denganku.
Aku berharap ketika aku tidak ada lagi di dunia
ini, kisahku menjadi inspirasi bagi siapapun yang ada di dunia ini
untuk bersyukur akan hidup. Karena Tuhan begitu mencintai kita dengan
cobaannya.bila ada tawa didunia ini , maka akan ada tangis di sampingnya